www.maximusgladiatorpapua.com Mimika – Perjalan Maximus Gladiator dan tim Yayasan Somatua untuk membagikan sagu ke kampung-kampung masih terus berlanjut. Ada banyak hal yang ditemuinya, kali ini adalah labi-labi.
Saat itu Maximus sedang berada di kampung dekat Rumah Sagu Keakwa. Tiba-tiba dirinya melihat seekor labi-labi betina besar di rumah warga. Labi-labi adalah ikan dengan jenis kura-kura berpunggung yang memiliki moncong seperti babi.
Hewan ini masuk dalam satwa langka yang sudah terancam punah. Jumlahnya di alam terus menurun karena kurangnya edukasi pada masyarakat yang terus mengkonsumsinya.
Maximus pun menghampiri rumah tersebut. Sembari mengobrol, Sang Gladiator bertanya pada pemilik rumah, dari mana ia mendapatkan labi-labi ini.
Selidik punya selidik, ternyata labi-labi didapat dari sungai. Bahkan, rencannya labi-labi ini hendak dimasak oleh sang mama pemilik rumah.
Melihat ini, hati Maximus teriris. Dengan tegas, dirinya memberitahu pemilik rumah bahwa labi-labi tersebut tidak boleh dikonsumsi.
“Saya beli, tapi jangan dimakan dilepas,” jawab Maximus tegas.
Prinsip Maximus yang begitu kuat mengalahkan keinginan warga untuk mengkonsumsinya. Walau berat hati, akhirnya labi-labi ini dilepaskan ke alam.
Maximus membawa labi-labi ke sebuah jembatan di pinggir sungai. Sambil membasahi cangkang labi-labi, Maximus berpesan pelan padanya untuk segera pulang, kembali ke alam.
Sang labi-labi seakan mengerti maksud hati Maximus, kaki-kakinya yang tadinya lunglai tiba-tiba bertenaga. Kepalanya terangkat, badannya siap dan meluncur ke sungai.
Pelepasan labi-labi ini diikuti dengan derai air mata dari si mama pemilik rumah. Sedu sedan terdengar, membuat perhatian Maximus teralihkan.
Bukan, mama ini bukan nangis karena sedih dengan kepergian labi-labi. Mama sedih karena tidak jadi masak labi-labi.
Dengan tenang, Maximus memberi pengertian pada mama, bahwasannya labi-labi tidak boleh lagi dikonsumsi. Semoga dengan ini, masyarakat semakin teredukasi.(TimGladiatorPapua).