Wamena, Jayawijaya — Sorak-sorai penonton pecah ketika babi-babi mungil melesat di lintasan tanah di tengah kerumunan. Ada yang berlari kencang, ada pula yang tiba-tiba berhenti untuk mengendus tanah. Lomba lari babi ini menjadi salah satu atraksi paling menghibur di Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) 2025 yang berlangsung di Kampung Usilimo, Distrik Wosilimo, Kabupaten Jayawijaya.
Di sudut lain arena, mama-mama Papua tampak tekun menganyam noken dengan tangan terampil. Benang warna-warni dipilin, disilang, lalu membentuk tas tradisional khas Papua yang kuat dan indah. Lomba membuat noken ini bukan sekadar adu keterampilan, tetapi juga ajang mempertahankan warisan budaya yang telah diakui UNESCO.
Mengusung tema “Budayaku, Warisanku”, kedua lomba ini sarat makna. Babi bagi masyarakat pegunungan bukan hanya hewan ternak, tetapi simbol kekayaan dan ikatan sosial. Sementara noken adalah identitas budaya yang melekat pada kehidupan sehari-hari masyarakat Papua.
Yang membuat perlombaan ini semakin seru adalah hadiah tak biasa: tiket pesawat gratis rute Wamena–Jayapura pulang-pergi. Hadiah tersebut memicu semangat peserta untuk menampilkan yang terbaik—baik mengasah kelincahan babi maupun ketelitian jemari.
“Hadiah ini spesial, karena bisa membuka kesempatan bagi mama-mama atau masyarakat untuk bepergian keluar Wamena, bahkan bertemu keluarga di Jayapura,” ujar salah satu panitia lomba.
Dengan kemeriahan seperti ini, FBLB 2025 bukan hanya pesta budaya tahunan, tetapi juga perayaan hidup masyarakat Pegunungan Tengah Papua yang terus menjaga warisan leluhur di tengah arus zaman. (MGP)