Wamena, Papua Pegunungan — Tokoh muda Papua, Maximus Tipagau, kembali menunjukkan kedekatannya dengan masyarakat akar rumput. Kali ini, ia menyempatkan diri mengunjungi Pasar Wamena, pasar tradisional terbesar di wilayah Pegunungan Tengah Papua, untuk berdialog langsung dengan para pedagang, khususnya mama-mama Papua yang menjual hasil bumi lokal.

Kehadiran Maximus di tengah hiruk-pikuk aktivitas pasar menarik perhatian masyarakat. Ia tak segan menyusuri los demi los pasar, mencicipi hasil tani lokal, hingga mengangkat dan memamerkan kualitas sayur-mayur khas Wamena seperti ubi jalar, kol, wortel, bawang, daun ubi yang segar, ukuran yang besar dan tumbuh dari tanah tinggi pegunungan.
“Saya datang ke sini bukan hanya untuk belanja, tetapi juga untuk memastikan bahwa hasil pertanian masyarakat kita mendapat tempat yang layak. Sayuran dari Wamena ini kualitasnya luar biasa—organik, segar, besar, dan bergizi,” ujar Maximus saat berbincang dengan beberapa mama penjual.

Namun yang membuat kunjungan ini semakin berkesan adalah ketika Maximus melihat bahwa di beberapa sudut pasar, sejumlah mama tidak hanya berjualan, tetapi juga menyampaikan kabar baik—memberitakan Injil dengan sederhana dan penuh keyakinan. Beberapa membacakan ayat-ayat Alkitab dan menyanyikan pujian.
“Mama-mama Papua ini luar biasa. Mereka bukan hanya menghidupi keluarga lewat jualan, tapi juga menjaga nilai-nilai rohani di tengah pasar. Ini yang membuat Papua berbeda—iman dan kerja berjalan bersama,” kata Maximus dengan penuh rasa hormat.

Menurutnya, hal ini mencerminkan kekuatan budaya dan spiritual masyarakat Papua yang saling menghidupi. Ia juga mengajak semua pihak untuk melihat pasar bukan sekadar tempat transaksi ekonomi, tetapi juga ruang kehidupan sosial dan iman.
Maximus juga menyampaikan komitmennya untuk terus mendorong program pemberdayaan ekonomi berbasis lokal, distribusi hasil pertanian, serta pelatihan wirausaha bagi mama-mama pasar. Ia percaya, masa depan Papua akan lebih kuat jika dibangun dari akar—dari alam, dari pasar, dan dari nilai-nilai yang dijaga oleh masyarakatnya sendiri.

Kehadiran Maximus Tipagau di Pasar Wamena menegaskan bahwa kepemimpinan bukan hanya soal kebijakan, tapi tentang hadir, melihat, mendengar, dan berjalan bersama rakyat—termasuk mereka yang menjual sayur dan memberitakan harapan dari sudut-sudut pasar. (MGP)


